Punya Mimpi Segudang???disini tempatnya

Photobucket

kerja sambil kuliah?????klik disini!!!!!!!!!

Photobucket

Senin, 21 Maret 2011

IMUNITAS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi yang menetralisir patogen. Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem komplemen.[1] Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata. Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit.             Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari penelitian.
1.2       Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1.    Apa yang dimaksud Imunitas?
2.    Apa saja yang termasuk pada Gangguan Imunitas?
3.    Bagaimana pemeriksaan Diagnostik pada Penyakit dengan Gangguan Imunitas?


1.3       Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun dirumuskan guna memperoleh suatu deskripsi tentang:
1.      Imunitas
2.    Gangguan Imunitas
3.    Pemeriksaan Diagnostik pada Penyakit dengan Gangguan Imunitas


1.4       Manfaat
            Dalam penyusunan makalah  ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1.      Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam wawasan tentang Imunitas
2.      Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang  Imunitas
3.      Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
1.5       Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan laporan hasil penelitian, maka penulis akan membuat susunan Karya tulis sebagaimana sistematika di bawah ini:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
            1.1       Latar Belakang
            1.2       Rumusan Masalah
            1.3       Maksud dan Tujuan
            1.4       Manfaat
            1.5       Sistematika Penulisan
BAB II ISI
            2.1       Glomerulonefritis Akut
2.2       Askep pada klien glomerulonefritis Akut
2.3       Glomerulonefritis Kronis
2.4       Askep pada klien glomerulonefritis Kronis

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

ISI

2.1 SISTEM IMUNITAS

Semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup

Fs : - Pertahanan

       - Homeostasis

       - Pengawasan

Dalam pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme → timbul respon imun.

Ada 2 macam RI, yaitu :

l  RI Spesifik                       : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.

l  RI non Spesifik                : efektif  untuk semua mikroorganisme

Sel-sel yang berperan dalam sistem imun / respon imun

l  Sel B

l  Sel T

l  Makrofag

l  Sel dentritik dan langerhans

l  Sel NK

Sebagai mediator : sitokin

1.      Limfosit B

-        terdapat pada darah perifer (10 – 20%), sumsum tulang, jaringan limfoid perifer, lien, tonsil.

-        Adanya rangsangan → sel B, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma, yang mampu membentuk Ig : G, M, A, D, E

2.  Limfosit T

-     Terdapat pada darah perifer (60 – 70 %), parakortek kel limfe, periarterioler lien.

-     Punya reseptor : T cell receptor (TCR), untuk mengikat Ag spesifik.

-     Mengekspresikan mol CD4, CD8

3. Sel natural killer.

-     ~ sell null (non B non T) ok TCR (-), dan tak menghasilkan AB.

-     10 – 20 % limfosit perifer.

-     Mampu membuat lisis sel tumor.

-     Mengekspresikan CD16, CD56 pada permukaan .

-     Bentuk  > besar dibanding sel B dan T, mempunyai granula azurofilik dalam sitoplasma : large granula limphocyt.

4. Sel dentritik dan langerhans.

-     Sel dentritik       : pada jar limfoid.

-     Sel langerhans   : pada epidermis.

-     Termasuk sel APC (antigen presenting cell) / sel penyaji.

5. Sitokin.

-     Merupakan messenger molecule dalam sistem imun.

-     Regulasi RI perlu interaksi antara limfosit, monosit, sel radang, sel endotel → perlu mediator agar terjadi kontak antar sel.

-     Co : IL 1 – 17, IFN αg, TNF, TGF.

            4 kategori sitokin :

a. Mediator imunitas humoral, yang berfungsi sebagai pelindung terhadap inf. Virus (interveron), memicu RI non spesifik terhadap radang (IL -1, TNF α, IL – 8)

b. Berhubungan dengan regulasi pertumbuhan, aktivasi dan deferensiasi limfosit (IL -2, IL -4, TGF – B)

c. Mengaktifkan sel radang (IFN g, TNF – α, IL -5, faktor penghambat migrasi)

d. Merangsang hemopoisis (CSF, GM-CSF, IL -3, IL -7)


2.2 GANGGUAN IMUNITAS

Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada tiga Kategori:.Kegagalan dari sistem imun atau gangguan dalam system imun tersebut yaitu :

l  Imunodefisiensi                     : respon imun berkurang

l  Reaksi hipersensitivitas          : respon imun berlebihan.

l  Autoimun                               : hilangnya toleransi diri : rx sistem    imun terhadap Ag jar sendiri

 

A. Imunodefisiensi

Penyakit Immunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya.
Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru lahir, anak-anak maupun dewasa), serta tidak memberikan respon terhadap antibiotik, maka kemungkinan masalahnya terletak pada sistem kekebalan. Gangguan pada sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau infeksi virus, jamur atau bakteri yang tidak biasa.
Defisiensi imun juga dapat didapat. Chronic granulomatous disease, penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang, adalah contoh dari defisiensi imun dapatan. AIDS dan beberapa tipe kanker menyebabkan defisiensi imun dapatan.
Penyakit imunodefisiensi kongenital
1. Penyakit dimana terdapat kadar antibodi yang rendah
  • - Common variable immunodeficiency
  • - Kekurangan antibodi selektif (misalnya kekurangan IgA)
  • - Hipogammaglobulinemia sementara pada bayi
  • - Agammaglobulinemia X-linked
2. Penyakit dimana terjadi gangguan fungsi sel darah putih
* Kelainan pada limfosit T
  • - Kandidiasis mukokutaneus kronis
  • - Anomali DiGeorge
* Kelainan pada limfosit T dan limfosit B
  • - Ataksia-teleangiektasia
  • - Penyakit imunodefisiensi gabungan yang berat
  • - Sindroma Wiskott-Aldrich
  • - Sindroma limfoproliferatif X-linked
3. Penyakit dimana terjadi kelainan pada fungsi pembunuh dari sel darah putih
  • - Sindroma Chediak-Higashi
  • - Penyakit granulomatosa kronis
  • - Kekurangan leukosit glukosa-6-fosfatas dehidrogenasi
  • - Kekurangan mieloperoksidase
4. Penyakit dimana terdapat kelainan pergerakan sel darah putih
  • - Hiperimmunoglobulinemia E
  • - Kelainan perlekatan leukosit
5. Penyakit dimana terdapat kelainan pada sistem komplemen
  • - Kekurangan komplemen komponen 3 (C3)
  • - Kekurangan komplemen komponen 6 (C6)
  • - Kekurangan komplemen komponen 7 (C7)
  • - Kekurangan kompleman komponen 8 (C8)
Beberapa penyebab dari immunodefisiensi yang didapat:
1. Penyakit keturunan dan kelainan metabolisme
  • - Diabetes
  • - Sindroma Down
  • - Gagal ginjal
  • - Malnutrisi
  • - Penyakit sel sabit
2. Bahan kimia dan pengobatan yang menekan sistem kekebalan
  • - Kemoterapi kanker
  • - Kortikosteroid
  • - Obat immunosupresan
  • - Terapi penyinaran
3. Infeksi
  • - Cacar air
  • - Infeksi sitomegalovirus
  • - Campak Jerman (rubella kongenital)
  • - Infeksi HIV (AIDS)
  • - Mononukleosis infeksiosa
  • - Campak
  • - Infeksi bakteri yang berat
  • - Infeksi jamur yang berat
  • - Tuberkulosis yang berat
4. Penyakit darah dan kanker
  • - Agranulositosis
  • - Semua jenis kanker
  • - Anemia aplastik
  • - Histiositosis
  • - Leukemia
  • - Limfoma
  • - Mielofibrosis
  • - Mieloma
5. Pembedahan dan trauma
  • - Luka bakar
  • - Pengangkatan limpa
6. Lain-lain
  • - Sirosis karena alkohol
  • - Hepatitis kronis
  • - Penuaan yang normal
  • - Sarkoidosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun.
Infeksi yang menetap atau berulang, atau infeksi berat oleh mikroorganisme yang biasanya tidak menyebabkan infeksi berat, bisa merupakan petunjuk adanya penyakit immunodefisiensi.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui:
  • - jumlah sel darah putih
  • - kadar antibodi/immunoglobulin
  • - jumlah limfosit T
  • - kadar komplemen.

Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu, yaitu:
  1. Pemeriksaan darah tepi
    1. Hemoglobin
    2. Leukosit total
    3. Hitung jenis leukosit (persentasi)
    4. Morfologi limfosit
    5. Hitung trombosit
  2. Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG, IgA, IgM, IgE)
  3. Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
    1. Titer antibodi Tetatus, Difteri
    2. Titer antibodi H.influenzae
  4. Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
  5. Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP, kultur dan pencitraan yang sesuai)
 Langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan lanjutan pada penyakit defisiensi imun
Defisiensi Sel B
  • Uji Tapis:
Kadar IgG, IgM dan IgA
Titer isoaglutinin
Respon antibodi pada vaksin (Tetanus, difteri, H.influenzae)
  • Uji lanjutan:
Enumerasi sel-B (CD19 atau CD20)
Kadar subklas IgG
Kadar IgE dan IgD
Titer antibodi natural (Anti Streptolisin-O/ASTO, E.coli
Respons antibodi terhadap vaksin tifoid dan pneumokokus
Foto faring lateral untuk mencari kelenjar adenoid
  • Riset:
Fenotiping sel B lanjut
Biopsi kelenjar
Respons antibodi terhadap antigen khusus misal phage antigen
Ig-survival in vivo
Kadar Ig sekretoris
Sintesis Ig in vitro
Analisis aktivasi sel
Analisis mutasi

Defisiensi sel T
  • Uji tapis:
Hitung limfosit total dan morfologinya
Hitung sel T dan sub populasi sel T : hitung sel T total, Th dan Ts
Uji kulit tipe lambat (CMI) : mumps, kandida, toksoid tetanus, tuberkulin
Foto sinar X dada : ukuran timus
  • Uji lanjutan:
Enumerasi subset sel T (CD3, CD4, CD8)
Respons proliferatif terhadap mitogen, antigen dan sel alogeneik
HLA typing
Analisis kromosom
  • Riset:
Advance flow cytometry
Analisis sitokin dan sitokin reseptor
Cytotoxic assay (sel NK dan CTL)
Enzyme assay (adenosin deaminase, fosforilase nukleoside purin/PNP)
Pencitraan timus dab fungsinya
Analisis reseptor sel T
Riset aktivasi sel T
Riset apoptosis
Biopsi
Analisis mutasi 
Defisiensi fagosit
  • Uji tapis:
Hitung leukosit total dan hitung jenis
Uji NBT (Nitro blue tetrazolium), kemiluminesensi : fungsi metabolik neutrofil
Titer IgE
  • Uji lanjutan:
Reduksi dihidrorhodamin
White cell turn over
Morfologi spesial
Kemotaksis dan mobilitas random
Phagocytosis assay
Bactericidal assays
  • Riset:
Adhesion molecule assays (CD11b/CD18, ligan selektin)
Oxidative metabolism
Enzyme assays (mieloperoksidase, G6PD, NADPH)
Analisis mutasi

Defisensi komplemen
  • Uji tapis:
Titer C3 dan C4
Aktivitas CH50
  • Uji lanjutan:
Opsonin assays
Component assays
Activation assays (C3a, C4a, C4d, C5a)
  • Riset:
Aktivitas jalur alternatif
Penilaian fungsi(faktor kemotaktik, immune adherence)


 Contoh Penyakit
1. HIV
Diagnosis infeksi HIV
Tes digunakan untuk diagnosis infeksi HIV pada orang tertentu membutuhkan tingkat tinggi dari kedua sensitivitas dan spesifisitas. Di Amerika Serikat, ini dicapai dengan menggunakan suatu algoritma untuk menggabungkan dua tes antibodi HIV. Jika antibodi terdeteksi oleh pengujian awal berdasarkan ELISA metode, kemudian tes kedua menggunakan Western Blot prosedur menentukan ukuran antigen dalam test kit mengikat antibodi. The Kombinasi dari dua metode ini sangat akurat
Ø  Antibodi tes
Ø  ELISA
Ø  Western Blot
2. Diabetes militus
Diabetes militus dalam penyakit metabolik yang kebabnyakan herediter dengan tandahiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik acut maupun cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletakpada metabolisme karbohidrat, yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme protein dan lemak.
Pemeriksaan Diagnostik
· Glukosa darah meningkat
· Asam lemak bebas meningkat
· Osmolalitas serum meningkat
· Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
· Ureum/kreatinin meningkat/normal.
· Urine : gula + aseton positip
· Elektrolit : Na, K, fosfor .


B. Reaksi  Hipersensitivitas

Hipersensitivitas adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri. Mereka terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif.

1. Tipe I

vReaksi hipersensitivitas tipe cepat.

vIg yang berperan : Ig E.

vCo : asma, rinitis, dermatitis atopi, urtikaria, anafilaksis.

vAg merangsang sel B untuk membentuk Ig E dengan bantuan sel Th. Ig E kemudian diikat oleh mastosit melalui reseptor Fc.

    Bila terpajan ulang dengan Ag yang sama, maka Ag tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada pada permukaan mastosit. Ikatan ag – Ig E → degranulasi mastosit. Mengeluarkan mediator, Co : histamin.

Contoh Asma
Pemeriksaan Diagnostik:
Ø  Tes Kulit Alergi
Ø  Pemeriksaan Hiperreaktivitassaluran nafas
- UjiProvokasi bronkus dengan hiataminmetakolin
- Salin Hipertonik
Ø  Penilaiaan Status Alergi
-  AGD peningkatan pCO2 dan rendahnya pO2 (hipoksemia)
-  Foto Rontgen-Posterior

2. Tipe II

      - Reaksi. sitotoksik

. Co : Rx transfusi, AHA, Rx obat, Sindrom Good posture, miastenia gravis, pemvigus.

- Adanya Ag yang merupakan bagian sel pejamu,menyebab

   kan dibentuknya AB Ig G /

   Ig M → mengaktifkan sel K yang memiliki reseptor Fc sebagai efektor ADCC.

-Ikatan Ag-Ab → aktifkan komplemen  → lisis.

2. Tipe III

      - Rx. Komplex imun

   Co : SLE(Autoimun), Farmer’s lung, demam reumatik, artritis reumatoid.

   Komplex Ag.AB (Ig G / Ig M) yang tertimbun dalam jaringan → mengaktifkan komplemen → melepaskan MCF → makrofag ke daerah tsb → melepaskan enzim → merusak jaringan.

Contoh :
Demam Reumatik

2. Tipe IV

      - Rx. Hipersensitivitas lambat : > 24 jam

   Co : Rx Jones Mote, hipersensitivitas kontak, Rx tuberkulin, Rx granuloma.

   Akibat respon sel T yang sdh disensitisasi  Ag → dilepaskan limfokin ( MIF, MAF) → makrofag yg diaktifkan → merusak jaringan.

 

C. Autoimunitas

Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas. Reaksi sistem imun terhadap Ag jaringan sendiri.Kehilangan toleransi diri (self tolerance) menyebabkan sel-sel sistem imun mengenal Ag tubuh sendiri sebagai asing.
Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan.
Beberapa ganguan autoimun yang sering terjadi seperti
Ø radang sendi rheumatoid
Ø lupus erythematosus sistemik (lupus),
Ø vasculitis,
Penyakit tambahan yang diyakini berhubungan dengan autoimun seperti
Ø  Glomerulonephritis
Ø  penyakit Addison
Ø  penyakit campuran jaringan ikat
Ø  sindroma Sjogren,
Ø  sclerosis sistemik progresif,
Ø  eberapa kasus infertilitas.
Beberapa Gangguan Autoimun
Gangguan
Jaringan yang terkena
Konsekwensi
Anemia hemolitik autoimun
Sel darah merah
Anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah) terjadi, menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan.
Limpa mungkin membesar.
Anemia bisa hebat dan bahkan fatal.
Bullous pemphigoid
Kulit
Lepuh besar, yang kelilingi oleh area bengkak yang merah, terbentuk di kulit.
Gatal biasa.
Dengan pengobatan, prognosis baik.
Sindrom Goodpasture
Paru-paru dan ginjal
Gejala, seperti pendeknya nafas, batuk darah, kepenatan, bengkak, dan gatal, mungkin berkembang.
Prognosis baik jika pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paru-paru atau ginjal hebat terjadi.
Penyakit Graves
Kelenjar tiroid
Kelenjar gondok dirangsang dan membesar, menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid (hyperthyroidism).
Gejala mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak tahan panas, tremor, berat kehilangan, dan kecemasa.
Dengan pengobatan, prognosis baik.
Tiroiditis Hashimoto
Kelenjar tiroid
Kelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan kadar hormon thyroid rendah (hypothyroidism).
Gejala seperti berat badan bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke dingin, dan mengantuk.
Pengobatan seumur hidup dengan hormon thyroid perlu dan biasanya mengurangi gejala secara sempurna.
Multiple sclerosis
Otak dan spinal cord
Seluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya, sel tidak bisa meneruskan sinyal syaraf seperti biasanya.
Gejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi abnormal, kegamangan, masalah dengan pandangan, kekejangan otot, dan sukar menahan hajat.
Gejala berubah-ubah tentang waktu dan mungkin datang dan pergi.
Prognosis berubah-ubah.
Myasthenia gravis
Koneksi antara saraf dan otot (neuromuscular junction)
Otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan lelah dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam hal intensitas. Pola progresivitas bervariasi secara luas.
Obat biasanya bisa mengontrol gejala.
Pemphigus
Kulit
Lepuh besar terbentuk di kulit.
Gangguan bisa mengancam hidup.
Pernicious anemia
Sel tertentu di sepanjang perut
Kerusakan pada sel sepanjang perut membuat kesulitan menyerap vitamin B12. (Vitamin B12 perlu untuk produksi sel darah tua dan pemeliharaan sel syaraf).
Anemia adalah, sering akibatnya menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan.
Syaraf bisa rusak, menghasilkan kelemahan dan kehilangan sensasi.
Tanpa pengobatan, tali tulang belakang mungkin rusak, akhirnya menyebabkan kehilangan sensasi, kelemahan, dan sukar menahan hajat.
Risiko kanker perut bertambah.
Juga, dengan pengobatan, prognosis baik.
Rheumatoid arthritis
Sendi atau jaringan lain seperti jaringan paru-paru, saraf, kulit dan jantung
Banyak gejala mungkin terjadi.
termasuk demam, kepenatan, rasa sakit sendi, kekakuan sendi, merusak bentuk sendi, pendeknya nafas, kehilangan sensasi, kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bengkak di bawah kulit.
Progonosis bervariasi
Systemic lupus erythematosus (lupus)
sendi, ginjal, kulit, paru-paru, jantung, otak dan sel darah
Sendi, walaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat.
Gejala anemia, seperti kepenatan, kelemahan, dan ringan-headedness, dan yang dipunyai ginjal, paru-paru, atau jantung mengacaukan, seperti kepenatan, pendeknya nafas, gatal, dan rasa sakit dada, mungkin terjadi.
Bercak mungkin timbul.
Ramalan berubah-ubah secara luas, tetapi kebanyakan orang bisa menempuh hidup aktif meskipun ada gejolak kadang-kadang kekacauan.
Diabetes mellitus tipe 1
Sel beta dari pankreas (yang memproduksi insulin)
Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang air kecil, dan selera makan, seperti komplikasi bervariasi dengan jangka panjang.
Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan, sekalipun perusakan sel pankreas berhenti, karena tidak cukup sel pankreas yang ada untuk memproduks iinsulin yang cukup.
Prognosis bervariasi sekali dan cenderung menjadi lebih jelek kalau penyakitnya parah dan bertahan hingga waktu yang lama.
Vasculitis
Pembuluh darah
Vasculitis bisa mempengaruhi pembuluh darah di satu bagian badan (seperti syaraf, kepala, kulit, ginjal, paru-paru, atau usus) atau beberapa bagian. Ada beberapa macam. Gejala (seperti bercak, rasa sakit abdominal, kehilangan berat badan, kesukaran pernafasan, batuk, rasa sakit dada, sakit kepala, kehilangan pandangan, dan gejala kerusakan syaraf atau kegagalan ginjal) bergantung pada bagian badan mana yang dipengaruhi.
Prognosis bergantung pada sebab dan berapa banyak jaringan rusak.
Biasanya, prognosis lebih baik dengan pengobatan.
Contoh Penyakit:
1.  Lupus Eritematosus Sistemik
Lupus Eritematosus Sistemik (Lupus Eritematosus Disseminata, Lupus) adalah suatu penyakit autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ dalam.
 menahun.
Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan dan keturunan.
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
  Infeksi
  Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
  Sinar ultraviolet
  Stres yang berlebihan
  Obat-obatan tertentu
Hormon.
 DIAGNOSA
Diagnosis lupus ditegakkan berdasarkan ditemukannya 4 dari 11 gejala lupus yang khas, yaitu:
  1. Ruam kupu-kupu pada wajah (pipi dan pangkal hidung)
  2. Ruam pada kulit
  3. Luka pada mulut (biasanya tidak menimbulkan nyeri)
  4. Cairan di sekitar paru-paru, jantung, dan organ lainnya
  5. Artritis (artritis non-erosif yang melibatkan 2 atau beberapa sendi perifer, dimana tulang di sekitar persendian tidak mengalami kerusakan)
  6. Kelainan fungsi ginjal
    - kadar protein dalam air kemih >0,5 mg/hari atau +++
    - adanya elemen abnormal dalam air kemih yang berasal dari sel darah merah/putih maupuan sel tubulus ginjal
  7. Fotosensitivitas (peka terhadap sinar matahari, menyebabkan pembentukan atau semakin memburuknya ruam kulit)
  8. Kelainan fungsi saraf atau otak (kejang atau psikosa)
  9. Hasil pemeriksaan darah positif untuk antibodi antinuklear
  10. Kelainan imunologis (hasil positif pada tes anti-DNA rantai ganda, tes anti-Sm, tes antibodi antifosfolipid; hasil positif palsu untuk tes sifilis)
  11. Kelainan darah
    - Anemia hemolitik atau
    - Leukopenia (jumlah leukosit <4000 sel/mm?) atau
    - Limfopenia (jumlah limfosit < 1500 sel/mm?) atau
    - Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ mm?).
Pemeriksaan untuk menentukan adanya penyakit ini bervariasi, diantaranya:
  1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini.
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit.
  1. Ruam kulit atau lesi yang khas
  2. Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis
  3. Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura atau jantung
  4. Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein
  5. Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah
  6. Biopsi ginjal
  7. Pemeriksaan saraf.

BAB III
PENUTUP
            Kesimpulan

Imunitas adalah Semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup

Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada tiga Kategori:.Kegagalan dari sistem imun atau gangguan dalam system imun tersebut yaitu :

1.      Imunodefisiensi    : respon imun berkurang

Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu, yaitu:
Ø  Pemeriksaan darah tepi
    1. Hemoglobin
    2. Leukosit total
    3. Hitung jenis leukosit (persentasi)
    4. Morfologi limfosit
    5. Hitung trombosit
Ø  Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG, IgA, IgM, IgE)
Ø  Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
    1. Titer antibodi Tetatus, Difteri
    2. Titer antibodi H.influenzae
Ø  Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
Ø  Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP, kultur dan pencitraan yang sesuai)
Ø   
  1. Reaksi hipersensitivitas           : respon imun berlebihan.
Pemeriksaan Diagnostik:
Ø  Tes Kulit Alergi
Ø  Pemeriksaan Hiperreaktivitassaluran nafas
- UjiProvokasi bronkus dengan hiataminmetakolin
- Salin Hipertonik
Ø  Penilaiaan Status Alergi
-  AGD peningkatan pCO2 dan rendahnya pO2 (hipoksemia)
-  Foto Rontgen-Posterior

3.      Autoimun        : hilangnya toleransi diri : rx sistem    imun terhadap Ag jar sendiri

Contoh Pada Lupus:
  1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini.
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit.
  1. Ruam kulit atau lesi yang khas
  2. Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis
  3. Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura atau jantung
  4. Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein
  5. Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah
  6. Biopsi ginjal
  7. Pemeriksaan saraf.

            Saran
Tidak ada penanggulangan yang lebih baik untuk mencegah gangguan imunitas di samping gaya hidup sehat (seperti sering bangun lebih pagi tidak sering tidak terlalu larut malam, dan menghindari rokok dan minuman beralkohol), pola makanan yang sehat (memperbanyak makan makanan berserat dan bersayur, serta tidak terlalu banyak makan makanan berlemak dan berkolesterol tinggi), dan olah raga yang teratur, sehingga sistem imun akan bekerja dengan baik dan imunnitas kita tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar