BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektipok terganggu.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di hadapi oleh setiap dokter , karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertama kali adalah dokter umum atau dokter ahli lainnya, maka dari itu, perlu di ketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan ektopik tergangguserta diagnosis difernsialnya. Hal yang perlu diingat ialah, bahwa setiap pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu di fikirkan kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi sipenderita. (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
1.2. Batasan Masalah
Batasan makalah yang kami pakai dalam makalah ini adalah tentang
” Asuhan Keperawatan Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu ”
1.3. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang kehamilan ektopik terganggu dan Asuhan keperawatan pada kehamilan ektopik terganggu.
1.4. Manfaat
Sebagai bacaan bagi mahasiswa agar dapat menambah pengetahuan mengenai kehamilan ektopik terganggu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Kehamilan Ektopik Terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium (Mansjoer A, 2000 ; 267).
Kehamiian Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (Prawiroharjo S, 2002 ; 323).
Kehamiian Ektopik Terganggu adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri (Prawiroharjo S, 1999, ; 1J2).
Kehamilan Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim (kavum uteri) (www.indosiar.com/idh)
2. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :
- Faktor tuba, yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan konginetal tuba, pembedahan sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba dan kehamilan ektopik sebelumnya.
- Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi.
- Faktor ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan pembasaran ovarium.
- Penggunaan hormone eksogen.
- Faktor lain,antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD
( Dr.Rustam Mochtar, sinopsis Obstetri, 2000).
3. Gejala Minis
a. Amenore
b. Gejala kehamilan muda
c. Nyeri perut bagian bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat, menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada Abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat lain. Bila darah sampai diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu dan bila terjadi hematokel retrouterina terdapat nyeri defekasi,
d. Perdarahan pervapina berwarna cokelat tua.
e. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan darah (Mansjoer A, 2000 ; 267).
4. Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap
2) Pemeriksaan kadar hormon progesteron
3) Pemeriksaan kadar HCG serum
4) Pemeriksaan golongan darah
b. Kuldosentesis (Pengambilan cairan peritoneal dari ekstra vasio rektou terina (ruang Douglas), melalui tindakan pungsi melalui dinding vagina).
c. Ultrasonografi (USG)
6. Diagnosa Banding
a. Usus buntu ( Apendisitis akut )
b. Peradangan daerah panggul (www.klinikku.com/idh)
7. Prognosis
Penderita kehamilan ektopik mempunyai kemungkinan yang lebih besar, untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu kemungkinan untuk mengalami kehamilan akan menurun.
8. Komplikasi
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah. Misalnya bila terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang sering adalah pecahnya tuba falopii (www.klinikku.com/idh)
2.2. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Nama Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/ Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
2) Umur
Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dan tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainan tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
3) Alamat
Sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
4) Pendidikan.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentang gejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
5) Status Perkawinan
Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien mengalami kehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan
6) Agama
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga memudahkan dalam memberikan bimbingan keagamaan.
7) Nama Suami
Agar diketaui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan pemberian persetujuan dalam perawatan.
8) Pekerjaan
Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.
b. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan selain itu klien ammeorrhoe.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudian disusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanya nyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
1) Kadang disertai muntah
2) Keadaan umum klien lemah dan adanya shock
3) Terkumpulnya darah di rongga perut:
a) Menegakkan dinding perut Nyeri
b) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat sehingga klien pingsan
4) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi shock hipovolemik.
d. Riwayat Penyakit Masa lalu
1) Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis menyebabkan perlengkapan endosalping. Tuba menyempit / membantu.
2) Endometritis tidak baik bagian nidasi.
e. Status Obstetri Genekologi
1) Usia perkawinan
Sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
2) Riwayat persalinan yang lalu.
Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas kesehatan atau di dukun
3) Grade multi.
4) Abortus yang sering curettage yang sering.
5) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi.
Seperti penggunaan IUD
6) Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yang menyengat. Kemungkinan adanya infeksi.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Hal yang perlu dikaji kondisi kesehatan suami
2) Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular pada istri dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
g. Riwayat psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguan konsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan.
h. Pada kebiasaan sehari-hari
Pola aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji pada kehamilan ektopik adalah :
1) Pola Nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul di rongga abdomen
2) Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasi itu diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obat nyeri, adanya intake makanan dan cairan yang kurang. Sehingga tidak ada rangsangan dalam pengeluaran faeces.
Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500 ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
3) Personal Hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri, sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
4) Pola Aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibat hematikei retropertonial menumpuk pada cavum Douglas
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umum ialah kurang lebih normal sampai gawat dengan shock berat dan anemi (Prawiroharjo, 1999 ; 255).
2) Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ; 155)
3) Pemeriksaan leher dan thorax
a) Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapat diidentifikasikan melalui leher dan thorax
b) Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan.
4) Pemeriksaan Abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisi uterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping uterus.
Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perut menegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun pada rupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo S, 1999, hal 257).
5) Pemeriksaan Genetalia
a) Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman.
b) Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia dapat ditemukan adanya darah yang keluar sedikit.
6) Pemeriksaan Ekstrimitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akral dingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki
j. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan umum Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
2) Pemeriksaan Genekologi
Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebakan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nnyeri raba merunjukkan adanya hematokel retrouterina, suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaaan dengan infeksi serviks.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosisi kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam (Prawiroharjo S, 2002 ; 330).
2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan menggabungkan data dan mengkaitkan data tersebut dengan konsep yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan.
Dalam analisa data ini pengelompokan data dilakukan berdasarkan reaksi baik subyektif maupun obyektif yang digunakan untuk menentukan masalah dan kemungkinan penyebab.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).
Diagnosa yang mungklin timbul pada kehamilan ektopik terganggu adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan.
Rasional : Adanya darah yang keluar dari vagina dan perdarahan intra abdominal dapat mengakibatkan kurangnya cairan tubuh.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya rupture tuba atau robekan lapisan pelvis.
Rasinal : Adanya pemutusan jaringan dalam tubuh akan menimbulkan rangsangan saraf meningkat sehingga timbul rasa nyeri yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman pada klien.
c. Porensial shock berhubungan dengan perdarahan yang hebat
Rasional : Rupture tuba mengakibatkan terjadinya perdarahan yang banyak sehingga volume darah dalam tubuh berkurang. Adanya darah kurang dapat terjadi penurunan cardiac output sehingga menimbulkan.
d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesuburan yang terancam.
Rasional: Setiap orang berbeda pandangan dalam menghadapi tindakan pembedahan yang akan dilaksanakan sehingga responnya berbeda pula, cemas merupakan respon emosi klien adalah kejadian normal ketika klien dihadapkan pada hal yang asing baginya.
4. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan penetapan pencegahan masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah klien (Hidayat A. Azis Alimul, 2001 ; 30).
Rencana keperawatan pada klien kehamilan ektopik terganggu adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh sehubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Perdarahan terhenti
Kriteria evaluasi : Tidak ada tanda-tanda shock
Intervensi :
1) Kaji perdarahan (jumlah, warna, gumpalan)
Rasional : Untuk mengetahui adanya gejala shock.
2) Cek Hemoglobin
Rasional : Mengetahui adanya enemi atau tidak
3) Anjurkan klien untuk banyak minum
Rasional : Dengan banyak minum maka dapat membantu mengganti cairan tubuh yang hilang.
4) Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian tranfusi darah
Rasional : Untuk mengganti perdarahan yang banyak keluar.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya tuba atau robekan lapisan pelvis.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah klien tidak menyeringai menahan nyeri
Intervensi
1) Kaji tingkat nyeri klien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dar mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
2) Kaji durasi, lokasi, frekuensi, jenis nyeri (akut, kronik, mendadak, terus – menerus)
Rasional : Dengan mengetahui hal tersebut diatas dapat mengetahui tingkat dan jenis nyeri sehingga mempermudah intervensi selanjutnya.
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien.
Rasional : Dengan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien akan dapat mengurangi rasa nyeri klien, karena lingkungan yang tidak menambah persepsi nyeri klien.
4) Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi
Rasional : Dengan mengajarkan tehnik relaksasi, distraksi dapat meringankan nyeri.
5) Kompres Dingin
Rasional : Dengan memberikan kompres dingin akan memberikan rasa nyaman pada klien sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
6) Berikan support system
Rasional : Dengan memberikan support system agar ibu dapat mengerti tentang perubahan bentuk tubuhnya yang cepat karena ada kelainan pada tubuhnya sehingga ibu dapat tenang pada saat dilakukan tindakan.
7) Lakukan massage pada klien
Rasional : Dengan melakukan massage akan memberikan rasa nyaman pada ibu.
8) Atur posisi yang nyaman bagi klien
Rasional : Dengan mengatur posisi yang nyaman bagi klien akan mengurangi rasa nyeri
9) Kolaborasi dengan tim medis
Rasional : Berkolaborasi akan membantu di dalam memberikan terapi analgesic.
c. Potensial Shock sehubungan dengan perdarahan yang hebat
Tujuan : Perdarahan berhenti
Kriteria evaluasi : Hb klien normal ( 11 – 13 ) gr %
Intervensi
1) Monitor tanda – tanda vital
Rasional : Monitor tanda-tanda vital akan mengetahui keadaan dan perkembangan klien.
2) Kaji perdarahan (jumlah, warna, gumpalan)
Rasional : Mengkaji perdarahan, jumlah, warna, gumpalan akan mengetahui gejala-gejala shock.
3) Cek Hemoglobin
Rasional : Cek Hb akan mengetahui keadaan Hb klien.
4) Pasang infus
Rasional : Memberikan infus akan menggantikan cairan yang keluar.
5) Lakukan pemeriksaan rhesus golongan darah
Rasional : Pemeriksaan tersebut memudahkan melakukan transfusi
6) Berikan transfusi darah
Rasional : Memberikan transfusi darah akan menggantikan banyaknya darah yang keluar
7) Observasi tanda-tanda shock
Rasional : Mengobservasi tanda-tanda shock akan dapat segera mengetahui adanya kemungkinan shock.
d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesuburan yang terancam
Tujuan : Rasa cemas klien hilang
Kriteria evaluasi : Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara terbuka
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan akan mengetahui tingkat cemas klien.
2) Kaji tingkat pengetahuan klien
Rasional : Mengkaji tingkat pengetahuan klien akan dapat mengetahui latar belakang kehidupan klien.
3) Ajak klien untuk lebih terbuka
Rasional : Sikap terbuka akan mudah mengungkap masalah yang dihadapi klien yang dapat membantu penyembuhan.
4) Berikan penjelasan tentang proses penyakit yang sedang diderita.
Rasional : Memberikan penjelasan pada klien akan membantu menenangkan jiwa klien.
5) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan support system.
Rasional : Memberikan support sistem akan membantu memberikan semangat bagi klien.
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyar et. al., 1996).
Dari pernyataan diatas dapat diungkapkan bahwa pelaksanaan realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan ini harus disesuaikan dengan sumber data, sarana dan prasarana yang ada. Partisipasi dari klien dan keluarganya sangat diperlukan dalam pelaksanaan ini serta peran dan fungsi perawatan harus dapat dijalankan dengan komprehensif, selain itu perawat juga berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien (Nursalam, 2001 ; 71).
Yang dimaksud tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai kriteria yang ditetapkan. Tujuan tercapai sebagian bila klien hanya menunjukkan perubahan sebagian dari kriteria yang ditetapkan. Sedang tujuan tidak tercapai jika klien tidak menunjukkan perubahan / kemajuan sama sekali. Adapun untuk mengetahui itu berhasil / tidak dapat menggunakan metode dengan catatan perkembangan (Subyektif data, obyektif data, Analisa data, plan / SOAP).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavun uteri.hamil ini ditandai dengan amenore,gejala kehamilan muda dan perdarahan yang berwarna cokelat dan pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan,nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada pembekuan darah.pada kasus seperti ini perlu segera ditangani dan di ambil tindakan.
3.2. SARAN
1. Diharapkan kepada kita semua tenega kesehatan apabila merasakan dan mengetahui gejala seperti yang telah di jelaskan / dituliskan oleh pembuat makalah ini agar segera menanganinya dengan cepat jangan di tunda karena dapat menimbulkan resiko tinggi.
2. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar